Booking.com

Friday, February 19, 2010

Mutimu'alo, Tradisi Mandi Bersama Masyarakat Gorontalo

KEHILANGAN anggota keluarga yang meninggal dunia bisa menimbulkan kesedihan mendalam. Dalam situasi seperti itu, keluarga Gorontalo biasanya segera menyelenggarakan tradisi Mutimu'alo. Prosesi itu dilakukan tepat tujuh hari sejak meninggalnya anggota keluarga yang bersangkutan.

Caranya, seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan mandi bersama. Tidak sembarang mandi, acara itu harus dilakukan pemuka adat. Satu demi satu anggota keluarga mendapat siraman air dari sang pemuka adat.



Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan tradisi Mutimu'alo dilakukan di Gorontalo. Menurut Hi. D. K. Usman, salah seorang pemuka adat di Kota Gorontalo, tradisi Mutimu'alo bertujuan menghilangkan kesedihan anggota keluarga.

Ada kepercayaan, kesedihan akibat kehilangan anggota keluarga bisa larut dalam air yang disiramkan saat mandi. Selain itu, selesai mandi, badan terasa segar sehingga pikiran segar dan kesedihan pun terhapuskan.

Meski sekadar mandi, ada beberapa aturan yang harus diterapkan saat Mutimu'alo. Selain harus dilaksanakan saat tujuh hari meninggalknya sang anggota keluarga, lebih afdol jika prosesinya dilakukan sore.

Sebelumnya, pihak keluarga harus menyediakan tiga butir kelapa yang belum dikupas. Ketiga butir kelapa itu diikat untuk kemudian dijadikan tempat duduk bagi suami atau istri yang ditinggalkan sang mendiang.

Anggota keluarga lainnya menyediakan daun puring, sisiru, parang, serta sebutir kelapa yang telah dikupas. Setelah semua perlengkapan tersedia, seluruh anggota keluarga berjalan bersama meninggalkan rumah menuju sungai yang menjadi lokasi prosesi.

Saat keluar rumah, mereka harus lewat pintu depan dan saat kembali dari prosesi harus masuk lewat pintu belakang. Yang unik, saat mereka masuk ke rumah, ada orang yang mengagetkan mereka dengan memukul-mukul benda sebagai bunyi-bunyian.



Di tengah prosesi mandi bersama itu, baju anggota keluarga yang sudah meninggal dihanyutkan. Baju-baju tersebut disertakan pada benda-benda lain yang sudah disiapkan untuk dihanyutkan.

Meski tradisi, pelaksanaannya tidak terlalu ketat. Jika rumah yang kesusahan jauh dari sungai, prosesi mandi bersama bisa dilakukan di sumur.

Tradisi Mutimu'alo ini sesungguhnya bukan termasuk salah satu prosesi adat yang wajib dilakukan. Karena itu, tak heran banyak keluarga yang tidak melaksanakannya lagi dengan berbagai macam alasan. Padahal, tradisi Mutimu'alo merupakan salah satu khasanah kebudayaan Gorontalo yang harus dipertahankan. Ini juga salah satu warisan kekayaan adat istiadat untuk generasi kita kelak.

Tuesday, February 16, 2010

Karnaval Menakuti Orang


Etnis Shokatz, di Mohacs, sebuah kota 190 km selatan Budapest, Hungaria, punya tradisi unik yang tetap lestari hingga kini. Menjelang akhir musim dingin, warga lokal biasanya menggelar Busho Carnival. Warga mengenakan kulit domba dan bertopeng kayu dengan wajah seram. Tampak saat pria bertopeng "menakuti" sambil merangkul seorang wanita Minggu tanggal 14 Februari 2010. Tradisi ini berawal pada abad 16 saat warga setempat berusaha me­ngusir bangsa Turki. Pada September 2009, Busho Carnival sudah masuk daftar warisan budaya dunia UNESCO.

Monday, February 15, 2010

Wisata Three in One, Taman Wisata Bulusaraung, Maros, Sulsel


BEGITU melewati loket, deru air sungai yang mengalir deras terdengar jelas. Tidak lebih dari sepuluh langkah dari loket, langsung terhampar pemandangan alam yang menyejukkan mata. Yang menonjol dari pemandangan alam tersebut adalah air terjun Bantimurung.

Air terjun itu berasal dari luapan air yang mengalir dari atas dan merambah batu cadas dengan ketinggian sekitar 30 meter dari permukaan tanah. Air terjun tersebut bergemuruh sepanjang hari.

Uniknya, pemandangan alam itu bisa dinikmati seraya berenang di kolam alami di dekat air terjun tersebut. Airnya terasa sejuk karena memang berasal dari mata air pegunungan.

Pengunjung bisa sekadar berendam menikmati kesejukan air atau berenang di antara cekungan-cekungan sungai di bawah air terjun itu. Lelah berenang, pengunjung bisa beristirahat di pondok-pondok kecil yang terletak di tepi sungai.

Istirahat setelah lelah berenang terasa lebih lengkap dengan tersedianya jajanan khas Maros. Di antaranya, songkolo, penganan berbahan beras ketan yang diberi santan. Ada juga penganan lebih berat, seperti nasi kuning yang disajikan bersama mi goreng, oseng-oseng tempe, dan ikan teri.

Waktu yang pas untuk berkunjung ke Bantimurung adalah Maret. Pada peak season tersebut, biasanya, pengelola melengkapi lokasi wisata itu dengan permainan anak-anak. Salah satunya, bombom car.

Setelah menikmati air terjun Bantimurung, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menyusuri gua prasejarah, Gua Batu dan Gua Mimpi. Dua gua tersebut menyajikan stalaktit dan stalakmit. Bentuknya panjang dan runcing. Bagian tengahnya mempunyai lubang rambut.

Sedikit perjuangan ekstra perlu dilakukan untuk mencapai dua gua itu. Dua gua tersebut berada di lereng Gunung Bulusaraung atau tepat di atas air terjun Bantimurung. Tersedia ribuan anak tangga untuk mencapai gua-gua itu. Hal tersebut tentu menjadi tantangan yang mengasyikkan bagi penggemar petualangan.

Begitu selesai mendaki ribuan anak tangga, pengunjung langsung disuguhi pemandangan mulut Gua Mimpi. Perlu bantuan lampu penerang atau flashlight untuk masuk dan menikmati keindahan stalaktit dan stalakmit di gua itu. Konon, panjang gua tersebut mencapai 800 meter.

Secara umum, stalaktik yang menggantung di langit-langit berbentuk panjang meruncing. Namun, ada beberapa yang berbentuk unik, seperti ayam, kucing, dan wajah bayi. Stalaktit yang paling menarik perhatian adalah stalaktit yang memunculkan suara khas saat dipukul.

Perlu kehati-hatian saat menyusuri gua tersebut. Sebab, banyak kelelawar yang bergelantungan di langit-langit gua. Perjalanan mengasyikkan dan menantang itu perlu waktu sekitar setengah jam.

Tantangan mengasyikkan justru berada di ujung perjalanan. Agar bisa keluar dari Gua Mimpi, pengunjung harus berjalan mendaki dan menembus beberapa celah kecil di ujung gua.

Setelah menyelesaikan perjalanan menembus gua, pengunjung baru bisa memahami kenapa tempat itu disebut Gua Mimpi. Semua yang dialami saat masuk, menyusuri, sampai keluar dari gua tersebut terasa seperti dalam mimpi.

Panjat Pohon di Akhir Winter


Warga di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet punya tradisi Maslenitsa atau festival rakyat dan keagamaan yang berlangsung selama sepekan. Di akhir festival, diadakan kontes memanjat pohon yang berisi berbagai hadiah. Persis lomba panjat pinang di negeri kita saat 17 Agustus. Festival tersebut sekaligus menandai akhir musim dingin (winter). Tampak seorang pria memanjat pohon berhadiah di Russiais, timur Kota Vladivostok, Rusia, pada 14 Februari 2010.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails